Jalan Utama Berunsur Delapan
Kebijaksanaan (Pañña)
Pengertian Benar
Pengertian Benar (
samma-ditthi) yang merupakan kunci utama
agama Buddha,
Tipitaka menjelaskan
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar?
- Pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang asal usul Dukkha,
pengetahuan tentang berhentinya Dukkha, pengetahuan tentang cara
berlatih yang membawa pada berhentinya Dukkha.:
- Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan pandangan benar.
|
” |
|
Pengertian Benar mencakup pengetahuan tentang:
Bhikkhu Sariputta menjelaskan lebih lanjut mengenai "Pengertian Benar" dalam
Sammaditthi Sutta (
Pali:Sammādiṭṭhi
Sutta), di mana dijelaskan pula bahwa pengertian benar dapat dicapai
melalui pengertian yang lebih mendalam akan kebijakan dan
ketidak-bijakan, empat jenis makanan (
cattaro ahara), dua belas nidana atau tiga noda (
asava).
"Pengertian Salah" timbul karena ketidaktahuan (avijja), yang merupakan
penyebab dari pemikiran salah, ucapan salah, perbuatan salah,
pencaharian salah, daya-upaya salah, perhatian salah, dan konsentrasi
salah. Praktisi (penganut agama Buddha) harus menggunakan daya-upaya
benar untuk meninggalkan pengertian salah dan mempertahankan pengertian
benar. Perhatian benar digunakan untuk senantiasa berada pada pengertian
benar.
Pemikiran Benar
Pengertian Benar mengakibatkan
Pemikiran Benar (
sammä-sankappa). Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini, mempunyai dua tujuan:
-
- melenyapkan pikiran-pikiran jahat, dan ;
- mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu:
-
- Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat
mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau
menang sendiri.
- Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan.
- Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan.
Kemoralan (Sīla)
Ucapan Benar
Ucapan Benar (
sammä-väcä) adalah berusaha menahan diri dari berbohong (
musãvãdã), memfitnah (
pisunãvãcã), berucap kasar / caci-maki (
pharusavãcã), dan percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (
samphappalãpã). Berikut syarat untuk sebuah ucapan dikategorikan sebagai ucapan benar.
[5]
- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada waktunya
“ |
Pangeran,
demikian juga dengan ucapan atau kata-kata semacam itu yang diketahui
oleh Tathagata bukan mewakili apa keadaannya tidaklah sesuai dengan
kebenaran dan tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan mana adalah
tidak disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain. Tathagata
tidak mengatakan ucapan-ucapan semacam itu.
- Ucapan semacam itu yang diketahui oleh Sang Tathagata mewakili
apa keadaannya, sesuai dengan kenyataan, tetapi tidak berhubungan dengan
kebaikan, juga ucapan ini adalah tidak disenangi dan tidak disetujui
oleh orang-orang lain, maka ucapan-ucapan itu tidak diucapkan oleh
Tathagata.
Ucapan Tathagata ketahui mewakili apa keadaannya, sesuai dengan
realita, berhubungan dengan kebaikan, tetapi ucapan itu adalah tidak
disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain, maka Tathagata tahu
waktu yang tepat untuk menggunakan ucapan itu.
- Ucapan yang diketahui oleh Sang Tathagata, tidaklah mewakili
keadaan, tidak cocok dengan realita dan tidak berhubungan dengan
kebaikan tetapi ucapan itu disetujui oleh orang-orang lain : ucapan
semacam itu tidak diucapkan oleh Sang Tathagata.
Ucapan yang diketahui oleh Sang Tathagata, mewakili keadaannya
sesuai dengan realita, tetapi tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan
ini disenangi dan disetujui oleh orang-orang lain; ucapan semacam itu
tidak diucapkan oleh Sang Tathagata.
- Ucapan yang diketahui Tathagata, mewakili keadaannya, sesuai
dengan realita dan berhubungan dengan kebaikan, juga ucapan ini
disenangi dan disetujui oleh orang-orang lain; Tathagata mengetahui
waktu yang tepat untuk menggunakan ucapan itu. Mengapa ? Sebab Tathagata
mempunyai rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluk itu.
|
” |
— Abhayarajakumara Sutta, [6]
|
Perbuatan Benar
Perbuatan Benar (
sammā-kammanta) juga dapat diartikan sebagai "tindakan benar". Praktisi (dalam hal ini penganut
agama Buddha)
diharapkan untuk bertindak benar secara moral, tidak melakukan
perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.
Tipitaka menjelaskan:
“ |
Dan apakah , para bhikkhu, perbuatan benar?
- Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian,
menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan
seksual.:
- Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.
|
” |
|
Pencaharian Benar
Pencaharian Benar (
sammā-ājīva) berarti bahwa praktisi (pengikut
Agama Buddha)
tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang, secara
langsung atau tidak langsung, melukai mahluk hidup lainnya. Tipitaka
menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar?
- Ada kasus di mana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar:
- Inilah, para bhikku, yang disebut penghidupan benar.
|
” |
|
Lima jenis bisnis yang seharusnya tidak dilakukan olah seorang umat awam
[7]:
- Bisnis Senjata
- Bisnis Manusia
- Bisnis Daging
- Bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran
- Bisnis Racun
Konsentrasi (Samädhi)
Daya-upaya Benar
Daya-upaya Benar (
sammā-vāyāma)
juga dapat diartikan dengan "usaha benar". Untuk hal ini, praktisi
(pengikut agama Buddha) harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh
pikiran yang salah dan dapat merugikan, perkataan, dan perbuatan.
Praktisi (penganut agama Buddha) sebaliknya harus berupaya keras untk
meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan
orang lain dalam pemikiran mereka, perkataan dan perbuatan, tanpa
mengikut-sertakan pemikiran akan kesulitan atau kekhawatiran. Tipitaka
menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar?
- (i) Di mana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras,
bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak
memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul.
- (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh,
menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal
buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul.
- (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul.
- (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh,
menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan,
mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan
kualitas terampil yang telah muncul:
- Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.
|
” |
|
Keempat daya-upaya benar dimaksud di atas adalah
[8]:
- Usaha melenyapkan kejahatan yang telah timbul,
- Usaha mencegah timbulnya kejahatan yang belum timbul,
- Usaha membangkitkan kebajikan yang belum timbul, dan
- Usaha mengembangkan kebajikan yang telah timbul.
Perhatian Benar
Perhatian Benar (
sammā-sati),
juga dapat diartikan sebagai "Ingatan Benar" atau "Kesadaran Benar".
Dengan demikian penganut agama Buddha harus senantiasa menjaga
pikiran-pikiran mereka terhadap fenomena yang memengaruhi tubuh dan
pikiran. Mereka harus waspada dan berhati-hati supaya tidak bertindak
laku atau berkata-kata karena kelalaian atau kecerobohan. Tipitaka
menjelaskan hal ini demikian:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, perhatian benar?
- (i) Di mana ada seorang bhikkhu tetap fokus pada tubuh kedalam
& keluar — tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan
& kecemasan yang berhubungan dengan dunia.
- (ii) Dia tetap terfokus pada sensasi kedalam & keluar —
tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan & kecemasan
yang berhubungan dengan dunia.
- (iii) Dia tetap terfokus pada pikiran kedalam & keluar —
tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang
berhubungan dengan dunia.
- (iv) Dia tetap terfokus pada kualitas mental kedalam & keluar
— tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang
berhubungan dengan dunia.
- Ini, para bhikkhu, yang disebut perhatian benar.
|
” |
|
Konsentrasi Benar
Konsentrasi Benar (
sammā-samādhi), seperti yang ditunjukkan dalam bahasa Pali, adalah melatih konsentrasi (
samādhi).
Dengan demikian seorang praktisi memusatkan pikiran kepada suatu objek
pikiran hingga mencapai konsentrasi penuh dan masuk kedalam kondisi
meditatif (
Jhana). Biasanya, pelatihan samadhi dapat ditempuh melalui pengaturan pernapasan (
anapanasati), melalui visualisasi benda (
kasina),
dan melalui pengulangan kalimat-kalimat tertentu. Samadhi dilakukan
untuk menekan lima gangguan guna memasuki jhana. Jhana merupakan sebuah
media guna pengembangan kebijaksanaan dengan menanamkan pengertian dan
menggunakannya untuk menguji kesungguhan suatu fenomena dengan
pengenalan langsung. Hal ini membantu mengurani kekotoran,
merealisasikan dhamma dan, pada akhirnya, mencapai kesadaran diri.
Selama berlatih konsentrasi benar, seorang praktisi harus memeriksa dan
membuktikan pandangan benar mereka. Pada proses demikian, pengetahuan
benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya. Tipitaka
menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar?
- (i) Di mana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan
sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki
& berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul
dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian.
- (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi,
dia memasuki & berdiam di dalam jhana kedua: kegirangan dan
kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas
dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam.
- (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan,
perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia
memasuki & berdiam di dalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang
Mulia, "Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus
menerus."
- (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan
hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki
& berdiam di dalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan &
perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit.
- Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar.
|
” |
|
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada objek yang tepat
sehingga batin mencapai keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara
ini disebut dengan
Samatha Bhavana. Empat keadaan batin luhur:
- Cinta kasih (Metta)
- Belas kasihan (Karuna)
- Kegembiraan bersimpati (Mudita)
- Keseimbangan batin (Upekkha)
Dalam melakukan meditasi menggunakan objek-objek yang dipilih dengan
hati hati dan sesuai dengan watak, pengikut agama Buddha melatih
pengembangan 5 kemampuan batin yang luar biasa (
Abhinna) yaitu:
- Mata-dewa (Dibbacakkhu)
- Telinga-dewa (Dibbasota)
- Ingatan akan kelahiran-kelahiran lampau (Pubbenivasanussati-nana)
- Membaca pikiran (Paracitta vijanana),
- dan berbagai kemampuan batin lainnya (Iddhividha).
Adapun kemampuan luar biasa tersebut tidak mutlak bagi pencapaian pencerahan.
“ |
Bhante,
apakah yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa
perlengkapan meditas, bagaimana mengembangkan meditasi?
- Saudara Visakha, suatu pemusatan pikiran adalah meditas, empat
dasar perhatian (satipatthana) adalah tanda meditasi, empat usaha benar
(sammappadhana) adalah perlengkapan meditasi: pengulangan berulang-ulang
kali, pengembangannya dan mengusahakan meditasi adalah masuk dengan
mengembangkan meditasi (samadhibhavana).
|
” |
|
Komentar
Posting Komentar